Titik di Balik Doa
Titik di Balik Doa
Ada masa ketika aku merasa dunia terlalu sempit untuk menampung luka-luka yang kupendam.
Ada waktu ketika aku bahkan tak tahu harus memulai dari mana untuk menyembuhkan hati yang remuk.
Dan di tengah malam yang sunyi, hanya ada aku dan sepi yang berbicara dalam diam.
Di sanalah, untuk kesekian kalinya aku memejam…
Lalu memanggil nama-Nya dalam bisik yang penuh harap,
meski bibirku kelu, meski doaku tak lantang seperti dulu,
aku tahu… Tuhan masih mendengar.
Terkadang, aku hanya mampu berkata satu dua kalimat, lalu berhenti.
Ada jeda panjang yang tak terucap…
Bukan karena aku tak ingin berkata lebih,
tapi karena hatiku terlalu penuh hingga kata pun tak lagi sanggup mengalir.
Lalu aku menulis titik…
Titik di balik doa.
Titik yang bukan sekadar tanda baca, tapi tanda bahwa aku masih percaya.
Percaya bahwa meski langkahku terseok, Tuhan tetap menuntunku dalam diam.
Aku pernah marah.
Pernah merasa Tuhan terlalu lambat menjawab.
Aku bertanya, mengapa doa-doa yang kutanam belum juga tumbuh menjadi kenyataan?
Tapi di balik kemarahan itu, aku tahu…
Aku hanya takut kecewa.
Takut berharap terlalu tinggi pada sesuatu yang tak pasti.
Padahal, justru dalam ketidakpastian itulah, iman diuji.
Kini aku mulai mengerti…
Tuhan bukan tak menjawab, Dia hanya ingin aku benar-benar siap.
Siap ketika harapanku terkabul.
Siap ketika rencanaku ditukar dengan sesuatu yang lebih indah meski belum kupahami.
Dan siap ketika aku harus melepaskan apa yang selama ini ku genggam erat, demi kebaikanku sendiri.
Titik di balik doa adalah bukti bahwa aku masih bertahan.
Bahwa aku belum menyerah.
Bahwa meski dunia terasa menyesakkan, aku masih punya langit tempatku mengadu.
Tuhan,
Jika hari ini aku belum sampai pada apa yang kuimpikan,
maka biarlah aku tetap berjalan dengan hati yang lapang.
Ajarkan aku bahwa menunggu bukan berarti diam,
tapi mempercayai-Mu dalam langkah yang tak selalu mudah.
Ajarkan aku bahwa kehilangan bukan akhir dari segalanya,
tapi awal dari pertemuan yang lebih bermakna.
Dan ketika semua terasa terlalu berat untuk kupikul,
peluk aku lewat tenang yang Kau kirim lewat malam.
Lewat suara azan yang membasuh gelisahku.
Lewat senyum orang-orang terdekat yang Kau kirim sebagai pengingat bahwa aku tidak sendiri.
Aku tahu, hidup tidak selalu mudah.
Tapi aku percaya, selama ada doa…
Selama masih ada satu titik yang kutuliskan di akhir kalimatku,
selama itu pula aku masih punya harapan.
Titik di balik doa adalah caraku bertahan.
Caraku berkata, "Aku masih percaya, Tuhan."
Meskipun dengan air mata.
Posting Komentar untuk "Titik di Balik Doa"
Posting Komentar