Puisi Reflektif: Kartini dalam Hati Negeri
Puisi Reflektif: Kartini dalam Hati Negeri
Di ufuk timur fajar menyala,Menyibak kabut di pelupuk bangsa,
Terlukis wajah Kartini yang bercahaya,
Perempuan bijak, pelita cahaya.
Langkahmu tak sebatas zaman,
Meski tubuh telah digenggam keabadian,
Namun suara dan pena
Masih bergema dalam dada generasi yang setia.
Dalam sunyi, engkau menyuarakan harapan,
Di tengah gelap, engkau membentang jendela,
Agar kaum hawa menatap dunia.
Bukan hanya seuntai sanggul dan kebaya,
Tapi keberanian yang tak mudah dibaca,
Oleh mata yang hanya melihat rupa,
Namun buta pada hak dan asa.
Kami tak hanya mengenang,
Tapi berikrar dalam diam:
Bahwa semangatmu tetap kami genggam.
Kini perempuan menulis sejarah,
Dengan tinta cerdas, suara lantang dan wajah cerah,
Menjadi pemimpin, pendidik, ilmuwan,
Dan tetap hangat sebagai ibu yang penuh kasih sayang.
Engkau semangat dalam jiwa yang membara,
Engkau api dalam dada para perempuan,
Yang tak ingin lagi dipandang sebelah tangan.
Di ruang rapat atau di rumah mungil yang agung,
Kartini masa kini melangkah pasti,
Membuktikan bahwa mimpi tak mengenal jenis kelamin.
Dari Jepara ke seluruh penjuru tanah air,
Suaramu kini menjadi gema yang tak pernah berakhir,
Tentang pendidikan, kesetaraan, dan harga diri,
Tentang mimpi-mimpi yang harus terus berdiri.
Kami lanjutkan perjuangan dengan semangat yang sama,
Bukan lagi menanti, tapi berdiri dan melangkah,
Menjadi cahaya bagi bangsa dan sesama.
Kami adalah Kartini masa kini.
Dan kami akan terus melangkah,
Dengan cahaya di dada dan cinta di langkah.
Posting Komentar untuk "Puisi Reflektif: Kartini dalam Hati Negeri"
Posting Komentar